Demi Naik Kelas Kuserahkan Tubuhku Untuk Guruku
16 mins read

Demi Naik Kelas Kuserahkan Tubuhku Untuk Guruku

Gairah Dewasa – Menurutku, penampilanku sendiri hanya tergolong biasa saja, ukuran bra 34B, tinggiku 163 cm dengan berat badan 50 kg. secara penampilan fisik tergolong biasa saja bukan? Mungkin yang menjadi daya tarikku adalah kelakuanku yang centil, apalagi aku termasuk aktif di ekstrakurikuler cheerleader (dimana di ekstrakurikuler inilah aku kehilangan keperawananku, tapi itu akan kuceritakan nanti).

Kali ini aku akan menceritakan pengalaman seksku dengan guruku sendiri yaitu saat ujian kenaikan kelas. Ya, waktu itu adalah ujian kenaikan kelas dari kelas XI menuju kelas XII, aku sendiri mengambil jurusan IPA.

Baca Juga : Kenikmatan Ngewe Dengan Teman Suamiku

Sebenarnya aku merasa cukup memiliki kemampuan dalam mayoritas pelajaran, hanya saja yang menjadi momokku adalah pelajaran sejarah. Aneh bukan? Aku ada di jurusan IPA tapi masih mendapat pelajaran sejarah. Ya itulah kebijakan kurikulum di sekolahku. Mau tak mau aku tetap harus belajar sejarah.

Yang menjadi momok utama dalam pelajaran sejarah adalah hafalannya. Bayangkan saja aku harus menghafalkan tahun perang-perang kemerdekaan, tokoh-tokohnya serta prosesnya. Oh My God ! itu adalah momok buatku. Walaupun sebenarnya guru sejarah di sekolahku cukup kece. Namanya Pak Rizal, baru berumur 27 tahun dan baru saja diangkat menjadi PNS.

Orangnya mengajar sejarah dengan metode yang tepat, tapi karena memang aku sendiri dari awal tidak suka sejarah, tetap saja aku ngeblank.

Kembali ke topik utama, saat itu adalah hari Sabtu, hari terakhir ujian kenaikan kelas, dan tentunya menunya adalah mata pelajaran sejarah. Ujian sendiri dimulai pukul 10.00, bergantian dengan adik-adik kelas X, sementara kakak kelas XII sudah menyelesaikan UNAS nya.

Sejak awal aku sudah merasa pasrah dengan ujian ini karena seberapa keras pun aku belajar, tetap saja semua materi tidak ada yang bisa kupahami, seakan ada tembok besar di otakku. Merasa sudah tidak bisa berkompromi lagi dengan otakku, aku pun akhirnya punya pikiran licik. Bagaimana jika menggunakan metode “gratifikasi seks”.

Aku merasa metode ini memang beresiko, bagaimana jika ternyata Pak Rizal bukan tipe yang mudah tergoda dan malah melaporkan aku ke kepala sekolah, bisa-bisa aku ditendang dari sekolah ini. Tapi jika aku tetap mengandalkan “otak dengan tembok besar” milikku, aku pun terancam tidak naik kelas yang menurutku tidak jauh beda artinya dengan drop out.

Akhirnya berbekal sebuah alamat, jam 7 pagi aku meluncur dengan mobilku menuju rumah Pak Rizal. Sesampainya disana, aku pun segera mengetuk pintu rumahnya.

“selamat pagi” sahutku sambil mengetuk pintu rumahnya.

“ya, siapa disana?” terdengar suara Pak Rizal menjawab.

“ini Vienda pak, saya ingin berkonsultasi sejenak masalah materi sejarah” sahutku dengan alasan yang kubuat-buat dan penuh dengan strategi.

“oh ya, silakan masuk Vienda” Pak Rizal berkata sambil membuka pintu. Kulihat Pak Rizal sudah memakai seragam warna krem khas PNS.

“mohon maaf Pak, saya pagi-pagi kesini, saya ingin bertanya sedikit tentang materi sejarah, saya masih bingung”

“oh ya silakan duduk dulu Vienda, materi mana yang masih bingung?”

“ini pak, materi tentang peristiwa kembalinya Belanda ke Indonesia sesudah Indonesia menyatakan kemerdekaannya, sebenarnya apa maksud Belanda kembali ke Indonesia itu pak” aku pun mulai berbasa-basi menjelaskan kebingunganku yang sebenarnya kubuat-buat sembari aku mulai agak menaikkan rok seragam pramukaku sehingga menampakkan tato lumba-lumba di bagian pahaku.

“wah kamu punya tato lumba-lumba ya, mirip Luna Maya aja” Pak Rizal nyeletuk ketika melihat tatoku.

“Pak Rizal doyan bokep juga ya, kok bisa tahu kalo Luna Maya punya tato lumba-lumba pak, hehehe” Aku berkata sambil nyengir, ternyata Pak Rizal sudah hampir terperangkap dalam strategiku.

“ah kamu bisa-bisa aja Vie, cowok mana sih yang ga suka bokep Luna Maya, dia cantik lagi kan”

“kalo sama Vienda cantik mana pak? Pasti cantik Vienda kan? Hehehe”

“emang apa untungnya bilang kamu cantik?”

“bapak maunya apa dong? Apa maunya bapak pasti Vienda turuti, tapi Vienda juga pengen bonusnya ya pak”

“bonus apaan Vie? Kalo kamu minta bonus saya juga minta bonus dong”

“hmm, Pak Rizal gak mau kalah ya, kalo saya sih cuma minta nilai Sejarah saya bagus pak, saya sebenarnya masih tidak paham masalah Sejarah”

“ooh, gampang kalo masalah itu, sudah kamu pulang saja dulu sekarang, nanti sehabis ujian kamu ke ruang guru ya temui saya”

“oke pak”

Setelah itu, aku pun langsung pulang karena waktu masih menunjukkan pukul 07.30, masih terlalu pagi jika ke sekolah. Sebenarnya dalam hatiku masih bertanya-tanya apa maksud Pak Rizal memanggilku setelah selesai ujian. Tapi ah biarlah, yang penting ujian sejarahku bisa dapat nilai bagus.

Waktu pun dengan cepat berlalu, ujian sejarah yang amat sangat susah itu pun selesai. Jam menunjukkan pukul 11.30 ketika aku beranjak keluar dari ruang ujian. Tanpa menunggu lama, aku pun menuju ke ruang guru dan mencari Pak Rizal.

Pak Rizal waktu itu terlihat sedang membaca koran di ruang guru karena peraturan di sekolahku guru mata pelajaran yang bersangkutan dilarang menjaga saat ujian. Mungkin dikhawatirkan terjadi “main empat mata”, misalnya dengan memberi kunci jawaban pada anak didik kesayangannya. Akhirnya tanpa basa-basi aku pun menghampiri Pak Rizal.

“maaf Pak Rizal, ada apa memanggil saya kesini setelah ujian”

“oh kamu Vienda, lebih baik kita menyelesaikan masalah ini di ruang BP saja biar enak tanpa gangguan” kata Pak Rizal sembari beranjak dari kursinya dan berjalan menuju ruang BP di sebelah ruang guru. Kebetulan saat itu semua guru BP sudah pulang karena lagi-lagi peraturan di sekolahku tidak mengizinkan guru BP untuk menjaga saat ujian. Guru yang tersisa di ruang guru pun hanya sekitar 5 orang selain Pak Rizal dan mereka pun juga terlihat sedang berkemas-kemas untuk segera pulang. Maklum hari ini adalah hari Sabtu dan sudah menjelang siang.

Pak Rizal tampak bergegas memasuki ruang BP dan aku pun segera memasuki ruangan tersebut. Dalam hatiku aku masih bingung, apakah Pak Rizal benar-benar sudah memasuki perangkapku atau Pak Rizal berniat memberikan “wejangan khusus” kepadaku karena perlakuanku yang “agak tidak sopan” ketika aku berkunjung ke rumahnya tadi.

Tapi pikiran yang terbelah itu pun seakan semakin mengerucut ke satu hal ketika aku melihat Pak Rizal celingukan di luar kemudian mengunci pintu. Yess, aku yakin Pak Rizal sudah masuk ke dalam perangkapku. Sebagai gambaran, ruang BP di sekolahku ini merupakan ruang tertutup tanpa jendela dengan dua buah ruang khusus yang sepertinya kedap suara di dalam ruang BP ini. Tentunya dua ruangan khusus itu digunakan para guru BP ketika memberikan “wejangan khusus” terhadap anak didik yang perlu diberikan pembinaan.

Dengan tidak sabar Pak Rizal segera menarikku menuju salah satu ruangan kedap suara tersebut hingga aku merasa tanganku sedikit sakit.

“aduh pak, sakit pak, ada apa bapak kok tergesa-gesa begini?” aku berkata sambil agak meringis kesakitan. Pak Rizal terlihat mengunci pintu ruangan ini dari dalam tanpa menjawab pertanyaanku ini.

Seketika kemudian, Pak Rizal segera meremas payudaraku.

“pak, ada apa ini?” aku berkata agak jual mahal.

“sudahlah Vienda jangan sok jual mahal, kamu mau nilai sejarah kamu bagus kan? Gampang, bisa aku kasih nilai sepuluh asalkan kamu menemani saya tidur 3x. Yang pertama tentu sekarang, oke sayang?”

Aku pun hanya terdiam saja membiarkan tangannya mulai bergerilya. Satu tangannya meremas payudaraku dan satu tangan lainnya meremas kemaluanku dari luar. Aku rasa Pak Rizal ini orangnya sangat berpengalaman dalam urusan seks karena gerilya tangannya amat terampil dalam merangsang hingga aku pun mulai melenguh merasakan kenikmatan.

“ouuuchhh, pak teruskan pak, aku milikmu sekarang”

“hehe tenang saja Vie, aku pasti memuaskanmu hari ini” Pak Rizal berkata sambil sesaat kemudian mencium bibirku dengan buas. Tangan Pak Rizal pun mulai bergerilya mencopoti kancing seragam pramukaku sementara aku pun tak tinggal diam, aku juga melepas kancing kemeja seragam PNS nya.

Ketika semua kancing bajuku sudah terlepas semua, Pak Rizal tidak melepaskannya, tetapi ia justru kembali merangsang kemaluanku dari luar dengan agresif sehingga aku pun mulai melenguh lagi.

“aaaaah paaaaaak” aku pun berteriak ketika merasakan kenikmatan luar biasa itu. Pak Rizal sungguh sangat terampil memancing nafsu seksku. Tak terasa vaginaku pun mulai basah oleh cairan cintaku.

Melihat aku yang mulai terangsang hebat, Pak Rizal mengarahkan tanganku untuk meremas kemaluannya yang terasa sudah tegang. Sepertinya kemaluannya cukup besar jika kuraba.

“gimana sayang, sudah gak sabar pengen dimasukin kontol kan?”

Melihat aku hanya diam saja ketika ia bertanya seperti itu, ia pun memberikan sinyal agar aku berbaring di meja. Meja di ruangan khusus itu cukup besar sehingga ketika aku berbaring disitu pun kakiku masih bisa selonjor dengan nyaman.

Ketika aku sudah berbaring, Pak Rizal pun mulai menyibakkan rokku ke atas dan mulai melepas celana dalamku yang basah oleh cairan cintaku.

“wow sayang, vaginamu sudah memanggil-manggil kontol papa untuk segera dimasukkan” Pak Rizal berkata sambil melepas ikat pinggang, memelorotkan celanan kremnya hingga lutut dan mengeluarkan sang burung dari sangkarnya. Dan benar saja, kontol Pak Rizal tampak cukup besar.

kemudian Pak Rizal menyodorkan kontolnya di depan mukaku, sepertinya berharap aku akan melakukan blow job di kontolnya.

“ayo sayang dikulum dulu dong kontol papa, biar gampang masuk goanya”

“ih papa, Vienda gak pernah blow job, kontol kan sarang bakteri, nanti kalo masuk mulut Vienda jadi penyakit dong, Vienda ludahin aja ya terus dikocok.” Aku berkata dengan sehormat mungkin agar Pak Rizal tetap merasa nyaman. Aku memang belum pernah melakukan blow job selama aku ML, baik itu dengan Roy cowokku maupun dengan Andre, kakakku (cerita seks dengan mereka berdua akan aku ceritakan di bagian lain).

“iya deh sayang, tp harus sampe keluar precum ya sayang”

Aku pun mulai meludahi kontol Pak Rizal dan mulai mengocoknya. Aku memang tak pernah blow job, tapi masalah mengocok kontol, aku cukup ahli.

Roy pun pernah sampai orgasme hanya dengan kukocok dengan metode meludahi ini. Terbukti tak berapa lama Pak Rizal mulai melenguh dan keluarlah cairan precum itu. Merasa kontolnya sudah terlayani dengan baik oleh tanganku dan sudah keluar precum, Pak Rizal mulai mengarahkan kontolnya menuju guaku.

“sayang, papa masukin ke gua ya”

Aku pun hanya diam saja sambil memejamkan mata hingga mulai terasa kontol Pak Rizal mulai berpenetrasi memasuki liang kenikmatanku. Memang aku sudah tidak perawan dan sudah sekitar 5x ML, tapi vaginaku masih cukup seret sehingga kontol Pak Rizal masih cukup kesulitan untuk memasuki liang kenikmatanku.

“uh sempit banget lubang guanya sayang, papa suka ini”

Dengan beberapa kali percobaan, mulailah kontol Pak Rizal masuk ke dalam gua milikku.

“uuggghh pak, pelan-pelan pak, terasa agak sakit”

“iya sayang, sabar ya, gua milikmu sempit banget sayang, kontol papa terasa diperes”

Dengan penuh kesabaran, Pak Rizal melakukan penetrasi hingga semua batang kejantanannya masuk ke dalam vaginaku. Setelah semua batang penisnya masuk, Pak Rizal diam sejenak.

“sayang, masih terasa sakit nggak? Kalo sudah nggak papa mulai goyang nih”

“uuugh, udah gak begitu sakit pak, cuma terasa penuh aja vaginaku”

“ya udah, papa genjot sekarang ya”.

Tanpa menunggu jawaban dariku, Pak Rizal mulai menggoyang pantatnya naik turun hingga batang penisnya keluar masuk dari liang kenikmatanku. Sungguh saat itu rasanya seperti terbang ke langit ketujuh. Apalagi Pak Rizal menggoyang dengan sangat lembut, membuat aku merasakan kenikmatan berlapis.

“uuugghh, paaak, enaak bangeeet”

“sayaaang, memekmuu sereet bangeeet, kontol papaa kayaaak dipijaaat” Pak Rizal berkata sambil terbata-bata, sepertinya ia juga merasakan kenikmatan yang luar biasa.

Sekitar sepuluh menit Pak Rizal menggoyang, aku pun mulai merasakan orgasme pertamaku dan berteriak dengan keras.

“aaaaaah paaaak, aku sampeeeeek”

“keluarkaan ajaa sayaaang”

Sejurus kemudian aku merasakan pipis, bukan sekedar pipis biasa, tapi disertai dengan rasa nikmat yang luar biasa.

Melihat aku mencapai orgasme pertamaku, Pak Rizal pun berhenti dan mencabut kontolnya dari vaginaku.

“lho kok udahan pak?”

“sebentar sayang, papa mulai kegerahan meladeni kebinalan kamu, papa nyalakan AC dulu ya”

Terlihat Pak Rizal memang berkeringat, sampai kemeja kremnya agak sedikit basah. Aku pun heran melihat Pak Rizal melakukan aktivitas seks tanpa telanjang. Hanya membuka kancing kemeja dan memelorotkan celana panjangnya hingga selutut. Bahkan ia masih memakai sepatunya.

“pak, kok bajunya gak dilepas aja sih? Kan lebih enak kalo telanjang”

“papa habis ini buru-buru pulang sayang, ditunggu teman”

Setelah menyalakan AC, Pak Rizal pun mulai melanjutkan aktivitas seksnya. Kali ini ia mulai dengan membuka braku dan melemparkannya. Dari tadi memang braku masih berada di tempatnya, hanya kancing kemejaku terbuka dan rokku tersingkap ke atas. Celana dalamku memang daritadi sudah dilepas oleh Pak Rizal.

Setelah membuka braku, Pak Rizal mulai menyusu dengan tak sabar di payudara kiriku, sementara payudara kananku diremas-remas oleh tangannya. Hal ini membuat aku kembali terangsang hebat.

“aaaaah paaaaak” aku hanya berteriak. Aku tak tahan dengan rangsangannya. Memang patut kuacungi jempol. Ia mampu membuat nafsu seksku bangkit dengan segera.

“paaaak, buruaaan masukiiin lagiii paaak”

Melihat aku merengek, Pak Rizal pun segera memegang penisnya dan mulai mengarahkan ke vaginaku. Kali ini cukup lancar masuk karena vaginaku sangat basah oleh cairan orgasme pertamaku.

“aaah, paaak, goyaaang teruuuuss”

Pak Rizal pun di ronde kedua ini tampak bersemangat sekali. Sepertinya tak sabar ingin segera menuntaskan permainan cinta ini. Aku pun merem melek merasakan kenikmatan. Kontol Pak Rizal yang besar membuat gesekan antara batangnya dengan klitorisku terasa sangat sensasional. Hingga sekitar lima menit kemudian, aku pun mulai merasakan akan orgasme untuk kedua kalinya.

“paaaak, Vienda keluar lagiiiiii” aku berteriak diiringi keluarnya cairan cintaku untuk yang kedua kalinya.

Tapi kali ini Pak Rizal tidak menghentikan goyangannya, justru ia makin agresif menggoyang hingga beberapa saat kemudian vaginaku terasa disiram oleh cairan hangat.

“aaaaah papaaa keluaaaaaar” Pak Rizal berteriak sambil meremas-remas payudaraku. Terasa penisnya berkedut-kedut dan menyemprotkan cairan hangat berkali-kali.

Aku pun segera tersadar. Pak Rizal rupanya mengeluarkan spermanya di dalam vaginaku.

“paaak, kok dikeluarin di dalem siiih? Kalo Vienda hamil gimana?” aku berteriak protes kepada Pak Rizal yang ambruk di atasku. Aku sendiri tidak yakin apakah sekarang adalah masa suburku. Tetapi tetap saja sperma yang dikeluarkan di dalam vaginaku berpotensi membuahi sel telur.

“maaf sayang, papa hilang kesadaran, habisnya memek kamu seret banget” Pak Rizal berkata dengan lembut dan dengan segera melumat bibirku. Aku pun tidak bisa berkata apa-apa lagi dan hanya berharap spermanya mati semua sebelum bisa membuahi sel telur.

Setelah beberapa saat, Pak Rizal beranjak sambil mengeluarkan penisnya dari vaginaku. Ketika aku melongok ke bawah, terlihat cairan putih keluar dari vaginaku dengan lumayan deras. Rupanya itulah kombinasi cairan cinta kami berdua. Melihat itu, Pak Rizal segera mengambil celana dalamku dan mengusapkannya di lelehan cairan itu.

“paak, kok CD nya Vienda yang dipake bersihin?”

“gak papa sayang, buat kenang-kenangan aja, CD kamu papa ambil ya.

Kamu pake CD papa aja nih, daripada memek kamu kedinginan” Pak Rizal berkata sambil memelorotkan sepenuhnya CD nya dan melemparkannya ke arahku. CD ku ia pakai untuk mengelap kontolnya hingga bersih, kemudian ia pun memakai kembali celana panjangnya sambil merapikan kemejanya.

“lho pak, gak pake CD?”

“iya sayang, gakpapa kok, habis ini dipakai tempur lagi kontol papa. Untuk seks yang bagian kedua dan ketiga, nanti papa hubungi kamu lewat HP ya”

Aku masih agak tidak tersadar dengan ucapan Pak Rizal. Aku pun segera bangun, memakai CD Pak Rizal yang tentu saja kebesaran dan merapikan seragamku. Tak apalah CD nya agak kebesaran, yang penting vaginaku tidak kedinginan, hehehe.

Setelah merapikan diri masing-masing, kami pun segera keluar dari ruang BP, tentu saja dengan hati-hati agar tidak ketahuan. Untungnya sekolah sudah sepi. Kami pun berpisah di gerbang sekolah. Aku beranjak menuju parkir di samping gedung dan Pak Rizal keluar dari gerbang menuju jalan raya.

Sepintas aku lihat sesosok wanita berseragam PNS dihampiri oleh Pak Rizal. Ah rupanya itu Bu Rahma. Aku pun mulai tersadar akan ucapan Pak Rizal tadi. Sepertinya Pak Rizal akan melanjutkan kegiatan percintaannya dengan Bu Rahma. Ah sudahlah, yang penting aku dapat bagian yang pertama.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *