
Aku e,u,e dengan Kakak Kandungku
Gairah Dewasa – Hubungan Sedarah “Lo serius bro? Lo pernah ngentotin kakak lo?” tanyaku tak percaya dengan cerita temanku ini. Dia baru saja menceritakan kisah hidupnya yang betul-betul membuatku iri. Enak banget jika ceritanya itu memang benar. Bisa ngentot dengan kakak sendiri yang cantik seperti kakaknya.
“Serius… Nih, kalau lo gak percaya lihat nih foto-foto di hape gue…” ujar Erwin sambil menyerahkan hapenya padaku. Ku periksa gallerynya, ternyata benar yang dikatakannya. Dia memang ngentotin kakak kandungnya sendiri. Ugh, gila… ini benar-benar gila bagiku.
“Videonya juga ada, tonton aja” sambungnya lagi. Akupun memeriksa kumpulan videonya. Lagi-lagi omongannya memang benar. Terdapat beberapa video persetubuhannya dengan kakaknya sendiri dengan durasi yang cukup panjang, rata-rata di atas 30 menit.
“Gila lo… kok bisa sih ngentot dengan kakak sendiri?”
“Hehehe, gue juga gak nyangka bisa ngentot dengan kak Veni”
“Eh, anu… gue boleh minta video lo gak? Gue udah lama kecantol sama kakak lo, hehe” pintaku padanya. Aku memang sudah lama jatuh hati pada kak Veni, beruntung banget Erwin punya kakak seperti kak Veni.
“Oke… kirim aja, asal jangan kesebar yah… Cuma ke lo aja gue tunjukin karena lo sohib gue, haha”
“Makasih, duh… gue bakal coli habis-habisan nih nanti…”
“Haha, silahkan coli bro…”
Baca Juga : Aku Meniduri Mama Kandungku
Setiba di rumah, aku langsung masuk kamar dan membuka bajuku bersiap untuk beronani. Aku masih terus kepikiran tentang sahabatku itu yang bisa ngentot dengan kakaknya. Aku iri, aku kepikiran juga pengen ngeontot dengan kakakku. Kakakku juga gak kalah cantiknya dengan kak Veni. Aku hanya tinggal berdua dengan kakakku, Dewi namanya. Orangtua kami tinggal di kota lain.
Akupun kemudian menonton video itu. Saat asik-asik tiba-tiba kak Dewi masuk ke kamarku.
“Eh, maaf dek Her (nama gue Heru)… lagi asik ternyata, hihi”
“Duh kak… kalau masuk ketuk pintu dulu dong…” ucapku salah tingkah.
“Kakak cuma mau ngambil ini kok” balasnya sambil mengambil cas hape miliknya yang aku pinjam tadi malam. Matanya sesekali melirik ke arah penisku.
Aku dan kak Dewi memang terbuka dalam hal apapun, bahkan dalam hal seperti ini. Dia tidak mempermasalahkan aku beronani, sudah berkali-kali dia melihat aku telanjang bulat sambil onani karena aku memang sering onani kapanpun dan dimanapun di dalam rumah. Baginya cowok onani merupakan hal biasa. Dia sepertinya juga tidak risih dengan perbuatanku itu. Mungkin dia menganggap kalau aku hanyalah adik kandungnya. Tapi sayangnya aku belum pernah melihat kak Dewi telanjang bulat, paling jauh hanya pakai handuk saja.
Setelah kak Dewi keluar dari kamarku, aku justru iseng mengikutinya ke kamarnya. Tampak dia sedang ada di atas tempat tidur sibuk di depan laptopnya, sepertinya sedang bikin tugas kuliah. Dia cuek saja dengan kedatanganku karena sudah biasa melihatku begini. Aku kemudian naik ke atas tempat tidurnya, berbaring dan mengocok kontolku di sebelahnya hingga akhirnya aku muncrat sambil memeluk bantal gulingnya.
“Kamu ini muncratnya sembarangan amat sih? Kayak gak ada tempat lain aja” ucap kak Dewi tapi tidak marah. Aku hanya cengengesan. Namun dia tetap minta ganti rugi. Akupun menawarkan pijitan untuknya. Dia setuju, dia mau dipijit tapi setelah dia menyelesaikan tugasnya. Akhirnya aku tiduran saja di sebelahnya hingga dibangunkan olehnya.
“Yuk dek sekarang”
Aku kemudian mijitin kak Dewi, dia awalnya pakai baju lengkap hingga kemudian hanya pakai celana dalam. Sedangkan aku masih telanjang bulat. Sambil memijit aku mencium-cium pipinya. Dia juga balas mencium pipiku. Penisku leluasa menggesek di tubuh bagian bawahnya. Aku berusaha tidak terlihat seperti sedang mencabulinya. Entah kak Dewi sadar atau tidak.
“Ngghh…” lenguhku terlalu keras. Penisku rasanya enak banget.
“Kenapa dek?”
“Gak kak…” Penisku saat ini ada di belahan pantatnya yang masih tertutup celana dalam warna krem, sedangkan tanganku mengelus-elus pundak dan bahunya. Badanku menghimpit badan kak Dewi. Aku kemudian mencium pipi kak Dewi. Dia berikan pipinya untuk bebas ku cium dan ku sedot. Ugh.. sadarkah kak Dewi kalau dia sedang kucabuli?
Hingga akhirnya dia minta berhenti, aku agak kecewa karena nafsuku belum tuntas. Aku masih ingin lama-lama berada di atasnya seperti ini.
“Makasih yah dek udah pijitin, eh burungmu tegang lagi? Kan tadi abis muncrat”
“Gak tahu kak… aku ngocok lagi boleh?”
“Terserah kamu…”
Aku kemudian berbaring di sebelahnya, ku raih ponselku dan ku tonton video kak Veni yang belum ku tonton. Kak Dewi kemudian menawarkan untuk memegangkan hapeku, aku tentu saja mau. Aku bersandar di tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya memegang hapeku. Dia bertanya itu film apa, tentunya tak ku jawab kalau itu film ngentot adek kakak yang tak lain adalah temanku dan kakaknya sendiri.
Hingga akhirnya aku muncrat. Kak Dewi mengambilkan tisu untukku. Aku kemudian tertidur lagi bersama kak Dewi.
Aku tersadar saat hari sudah sore. Ternyata kak Dewi masih tertidur. Dia masih hanya memakai celana dalam saja membuat aku nafsu lagi. Langsung saja ku cium pipinya. Diapun langsung terbangun.
“Adeeek jam berapa?”
“Jam 5 kak…”
“Duh, udah sore… kakak mau mandi dulu. Kamu gak mandi?”
“Nanti aja kak…” jawabku sambil masih asik menciumi pipinya.
“Udah bau gitu… mandi sana. Nafasmu juga bau, apalagi liurmu itu… pake cium-cium kakak segala” Namun aku masih tidak ingin berhenti menciumnya. Kak Dewi juga terus membiarkan, seolah menganggap yang ku lakukan bukanlah sesuatu yang cabul.
“Kak, aku ngocok lagi ya… mau pegangin hapeku lagi?”
“Ya udah… tapi sambil mandi yuk dek…”
“Mandi bareng kakak? Dewik deh, hehe”
Kak Dewi bangkit dan masuk ke kamar mandi. Aku menyusulnya, tentunya sambil membawa hapeku. Kak Dewi langsung mengguyur tubuhnya di bawah shower.
“Sini dek… katanya mau ngocok…”
“Iya…”
“Kamu di belakang, biar kakak pegangin hapemu”
Aku turuti perkataan kak Dewi. Aku peluk tubuhnya dari belakang. Kepalaku mengintip dari pundaknya. Tubuhnya sedikit lebih tinggi dariku. Dia di depanku sambil memegang hapeku yang sedang memutar video porno. Betul-betul onani yang enak.
Tanganku memeluk perut langsing kak Dewi, penisku berada tepat di belahan pantatnya yang masih tertutup celana dalam yang terlihat menerawang karena basah. Sambil memeluknya, aku sesekali menciumi pipi kak Dewi. Aku gak ingin cepat-cepat muncrat. Saat aku ingin keluar aku berhenti.
“Lanjut mandi dulu deh kak…”
“Oh, ya udah…”
Kami lanjut mandi. Kami mandi sambil foto-fotoan. Saat ini kami sedang menyabuni badan. Kak Dewi dengan baik hati mau menyabuni tubuhku termasuk penisku baik batang maupun kantong zakarku. Aku juga gantian menyabuni buah dadanya. Aku masih bersikap seperti hanya sedang menyabuni saja, jangan sampai terlihat sedang mencabuli. Setelah selesai bilas kami handukan. Aku kembali minta lanjut onani.
“Ish, kenapa gak kamu keluarin tadi sih… Ya udah, sekarang mau dimana?” tanyanya.
“Di tempat tidur aja kak…” Aku langsung tiduran di tempat tidur, disusul kak Dewi yang tiduran di sampingku. Posisi kami mirip seperti yang kami lakukan tadi siang. Kak Dewi kembali memberikan tangannya untuk sandaran kepalaku, satu tangannya memegang hapeku dengan badan sedikit merebah ke badanku. Lenganku kembali bersentuhan dengan buah dadanya dan bergesekan dengan putting mancungnya. Akupun mulai mengocok penisku. kadang saat tangan kiriku mengocok, tangan kananku mendarat di paha kak Dewi yang tepat berada di bawah penisku walaupun tidak menempel di penisku. Kalau sedang mengocok dengan tangan kanan, tangan kiriku menggenggam tangannya yang sedang jadi bantal kelapaku.
Aku melirik ke kak Dewi, dia tampaknya juga ikutan nonton.
“Enak dek? Heboh ya filmnya…”
“Iya kak, makanya aku suka banget. Aku punya banyak videonya…”
Aku kemudian berusaha mencium kak Dewi, tapi posisiku terlalu rendah untuk mengecup pipinya. Dia yang mengetahui keinginanku kemudian menurunkan posisi tubuhnya sehingga kepala kami sejajar. Kak Dewi lalu menaruh ponselnya di atas kepalanya.
“Naik dek ke badan kakak” suruhnya. Langsung saja ku turuti tanpa banyak komentar.
“Ugh…” aku langsung melenguh begitu naik ke badannya. Enak banget. Aku sekarang berada di atas menindih tubuh setengah telanjang kak Dewi. Dadaku bergesekan dengan buah dadanya. Dengan posisi ini aku bisa bebas menciumi pipinya. Sekarang sumber utama kenikmatanku adalah kak Dewi, bukan tontonan di depanku lagi.
Kak Dewi memberikan pipinya untuk ku cium dan ku kecup. Tubuhnya yang masih lembab membuatnya terlihat seksi. Apalagi rambutnya yang masih basah. Kak Dewi seperti ingin menambah kenikmatanku dengan mengajakku bergenggaman tangan. Aku jadi ingin muncrat.
“Ugh… ugh.. ugh…” Aku gesek-gesekkan badanku di atas tubuhnya. Kak Dewi tertawa melihat tingkahku. Aku tidak peduli. Hingga akhirnya saat aku ingin muncrat aku tekan tubuhku ke badan kak Dewi. Penisku menekan perutnya. Tanganku menggenggam tangannya kencang. Aku juga menyedot pipinya. Akupun muncrat dengan banyaknya di atas perutnya.
“Enak kak”
“Ambil tisu dek…” Akupun mengambil tisu dan membersihkan badan kami berdua. Baru saja mandi tapi udah kotor lagi, hehe.
“Udah ya… besok lagi yah onaninya…”
“iya kak, temanin lagi yah…”
“Iyaah…”
****
Paginya, setelah aku bangun aku langsung menuju ke kamar kak Dewi. Tampak kakakku itu masih tidur di dalam selimutnya. Aku iseng ikutan masuk ke dalam selimut dan memeluk kakak kandungku itu.
“Adeeek…”
“Pagi kak…”
“Pagi juga…”
“Bangun dong kak… udah pagi nih,” ucapku sambil mencium-cium pipinya.
“Entaaarr…” jawabnya cuek meskipun aku terus menghujaninya dengan ciuman. Penisku gaceng maksimal lagi. Aku ingin onani lagi. Aku terus mencumbui kak Dewi, tidak hanya mencium pipinya, tetapi juga turun menciumi leher, pundak dan bahunya yang terpampang bebas. Tanganku memeluk kakakku itu. Dia masih hanya memakai celana dalam saja.
Kak Dewi akhirnya terbangun, dia langsung meraih handphonenya dan sibuk mengecek sosial medianya. Aku masih sibuk menciumi kak Dewi. Dia tentunya tahu kalau aku telanjang bulat, tapi cuek saja. Kak Dewi kemudian mengajakku foto-foto. Kami menempelkan wajah sambil sesekali saling mencium pipi. Kak Dewi terlihat tetap cantik meski baru bangun tidur, beda sekali denganku. Kami terus foto-foto meskipun selimut kami sudah tersibak dan memperlihatkan tubuh telanjangku dan tubuh kak Dewi yang hanya memakai celana dalam saja.
“Dek, kamu fotoin kakak dong…”
“Iya kak”
Kak Dewi memintaku memotretnya dari atas. Ku turuti. Sesaat ku kocok penisku setelah selesai mengambil fotonya. Aku kemudian kembali rebahan di sebelahnya dan kembali menciuminya.
“Kenapa dek ngocok-ngocok? Kamu mau onani ya? Onani aja”
“Mau kak… temenin yah” Kak Dewi mengangguk. Aku putar lagi video kak Veni. Kak Dewi merapatkan tubuhnya di sisiku. Dia memegang hapeku. Wajah kami sejajar. Dia mencium-cium pipiku, aku juga balas mencium-cium pipinya. Aku kembali merasakan betapa nikmatnya onani sambil ditemani kakak yang cantik. Ditambah pagi hari adalah waktu yang paling ku sukai ketika onani.
Saking bersemangatnya aku sampai menghentak-hentak pinggulku atas bawah. Kak Dewi tertawa melihat tingkahku.
“Kak, biar aku yang pegang hapenya, tapi kakak naik ke atas badanku”
“Hmm? Ya sudah”
Kak Dewi mengembalikan hapeku. Dengan perlahan kak Dewi kemudian naik ke atas tubuhku. Tubuhnya menindih tubuhku. Enak sekali rasanya saat buah dadanya bersentuhan dengan dadaku dan penisku yang terhimpit daerah selangkangannya. Tanganku memeluk melingkari tubuh kak Dewi sambil terus menonton bokep di hapeku. Sambil menonton, bibirku terus menempel menciumi pipi kak Dewi.
Aku kemudian menggoyangkan pinggulku. Kak Dewi ikutan menggoyangkan badannya mengiringiku. Sungguh nikmat. Cukup lama kami dengan posisi itu. Aku terus mendesah kenikmatan. Saat aku berhenti bergoyang, kak Dewi yang malah tetap bergoyang di atas tubuhku.
“Oughhh.. Kak… siniin pipinya, aku mau cium”
“Haha, iya… nih…” Kak Dewi berikan pipinya untuk ku jilati dan ku cium.
Setelah beberapa lama, akhirnya aku tidak tahan pengen muncrat.
“Ough… ngentot… aahhh… ughhh…” goyanganku makin menggila sambl terus menghujani ciuman di wajah kak Dewi. Tanganku mengelus-elus punggungnya hingga pantatnya.
“Kak.. keluaarrr…”
Crrooottt crrrooottt…
Aku muncrat dengan posisi tubuh kami yang menempel. Kami terus berpelukan selama beberapa saat.
“Enak dek?”
“Enak kak…”
“Kalau kamu mau, tiap onani panggil aja kakak”
“Iya kak, hehe”
**
Sore menjelang malam, setelah tidur siang aku pengen onani lagi. Aku cari kak Dewi. Dia sedang olahraga. Mandi keringat banget.
“Kak.. aku pengen ngocok nih…”
“Iya… bentar, kakak mandi dulu ya dek..”
“Gak usah kak… kayak gitu aja…”
“Gak apa?”
“Iya… gak apa”
Aku dan kak Dewi langsung ke kamar. Kak Dewi melepaskan seluruh pakaiannya kecuali celana dalamnya. Lalu mengajakku ke kasur.
“Yuk dek dikocok kontolnya, hihi”
“Iya kak…” sahutku yang langsung berbaring dengan kaki mengangkang, penis tegangku mengacung ke atas dan ku kocok-kocok. Kak Dewi kemudian menghimpit tubuhku. Dia lalu mengambil hape di sebelah kepalaku dan mencari file bokep. Selagi itu, aku sibuk mencium-cium wajahnya dan mengelus-elus tubuh telanjangnya.
“Mau gimana? Kamu yang pegang atau kakak?” tanyanya setelah bokep mulai berputar.
“Kakak aja, tapi kakak tetap di atas aku. Putar badan kak..” pintaku. Kak Dewi menuruti. Dia putar badannya sehingga kini punggungnya yang menempel di dadaku. Dia mengarahkan hapeku sedikit kesamping agar aku bisa menonton bokep yang sedang diputar.
Aku beranikan memeluk tubuhnya. Dia tidak memprotes. Jadi tangankupun makin lama makin leluasa menggerepe-gerepe tubuhnya. Baik perut, pinggul, hingga ke paha kak Dewi. Aku juga memainkan celana dalamnya dengan jariku, tapi aku masih belum berani memasukkan tanganku ke dalamnya.
Semakin lama, tanganku kini sudah menggenggam buah dadanya. Rasanya enak banget. Dia tidak memprotes. Dia membiarkan aku menjelajahi mulusnya buah dadanya dan meremas-remasnya serta memainkan putingnya. Di bawah sana penisku dengan nikmatnya berada tepat di belahan pantatnya.
“Dek, kamu selipin aja di paha kakak… ngeganjal nih…”
“Iya kak…”
Peniskupun menyelip di antara pahanya. Sekarang posisiku betul-betul sempurna. Rasanya enak banget. Aku goyangkan pinggulku untuk menambah rasa nikmat selagi tanganku asik bermain di pDewidaranya dan bibirku menciumi pipinya. Kami kadang asik ngobrol seperti tidak sedang melakukan hal mesum.
“Ugh… ugh…” aku goyangkan tubuhku kencang-kencang. Aku kemudian memutar tubuh kami hingga sekarang kak Dewi tertindih tubuhku. Penisku masih menyelip di antara pangkal pahanya dan tanganku masih meremas buah dadanya. Aku genjot selangkangan kak Dewi dengan kencang. “Ugh.. ugh ugh… ngentott.. Ahhhh…” ucapku kesetanan sambil menghujani pipinya dengan ciuman. Kak Dewi juga ikut mendesah-desah. Akupun tak tahan ingin muncrat.
“Kak.. aku keluar… anjing.. ngentooooottt… Kak Dewiuuuu….”
Crrooot crrroooott….
Aku terbaring lemas di pundak kak Dewi.
“Hihihi, adek adeeek”
Kami tetap dengan posisi itu selama beberapa saat.
Sejak saat itu, aku semakin bebas meminta posisi cabul sewaktu aku beronani dibantu kak Dewi. Aku selalu telanjang bulat, dia biasanya cuma pakai celana dalam saja. Tapi akhir-akhir ini dia sudah hanya memakai semacam plester yang menutupi vaginanya.
Di suatu pagi di hari minggu, aku akan onani ditemani kak Dewi. Aku baru saja membuka seluruh pakaianku. Sedangkan kak Dewi sudah telanjang bulat dan hanya ada plester saja yang menutupi vaginanya. Semakin hari plester yang dia gunakan makin tipis dan kecil saja. Hari ini adalah yang paling tipis dan mini yang pernah dia kenakan. Nyaris memperlihatkan lubang vaginanya. Lipatan memeknya bahkan sudah terlihat jelas.
“Kakak cantik” ucapku yang dibalasnya dengan senyum manis. Kakakku ini selain cantik, badannya bagus, susunya pas, kulitnya putih mulus dan bening banget. Sempurna untuk dijadikan boneka masturbasi. Beruntungnya aku terlahir sebagai adeknya sehingga bisa mencicipi mulus tubuhnya.
Aku berjalan mendekatinya dan langsung memeluk dan menciumi wajahnya.
“Mau mulai sekarang ngocoknya?”
“Iya kak…” jawabku, dia tersenyum manis lagi.
Kak Dewi lalu mengambil hapeku dan mulai memutar bokep. Aku tiduran di kasurnya, disusul kak Dewi yang langsung tengkurap menindih tubuhku. Dia letakkan hapeku di samping di tepi dinding sehingga tangannya bebas. Aku menjamah tubuhnya sambil menciumnya, sesekali kami saling bergenggaman tangan. Penisku menggesek-gesek selangkangannya, berkali-kali mengenai area vaginanya.
Puas dengan posisi itu, aku minta kak Dewi menungging. Hape ku letakkan di atas punggungnya. Penisku kemudian ku gesekkan di belahan pantatnya, tanganku memegang pinggulnya. Persis seperti orang yang sedang bersetubuh. Aku kemudian juga menggesekkan penisku di antara pahanya.
“Ugh.. ugh… kak Dewi… ngentot… enak” racauku. Sesekali ku tekan penisku ke lubang vaginanya, tapi tidak bisa masuk terlalu dalam karena terhalang plester itu. Tapi sensasi ini justru lebih erotis bagiku. Nyaris-nyaris ngentot dengan kakak kandung sendiri betul-betul bikin panas dingin. Aku tidka berharap untuk segera bisa menyetubuhinya. Dia mau menemaniku onani seperti ini saja sudah luar biasa bagiku.
Sambil menggesekkan penisku di selangkangan Kak Dewi, tanganku tentunya tidak hanya diam memegang pinggulnya, tapi juga asik menggerepe-gerepe tubuhnya. Aku kini asik memainkan pantat putih Kak Dewi yang bulat. Sesekali pantatnya aku remas dan ku tampar pelan.
“Nghh…” Kak Dewi melenguh pelan merespon tindakanku.
“Aku suka banget lihat kakak dari belakang sini… aku suka banget sama pantat kakak… putih, mulus, bulat, lubang pantatnya juga imut, bikin aku nafsu banget, hehe” racauku itu sambil meremas-remas pantat Kak Dewi.
Kak Dewi hanya menoleh ke belakang ke arahku sambil tersenyum kecil, lalu menghentakkan pantatnya ke belakang.
“Ugh…” dasar Kak Dewi.
Dia lakukan hal itu sesekali saat aku asik menggenjot selangkangannya. Bahkan makin lama gerakannya juga makin cepat mengiringi hentakan pinggulku. Rasanya sungguh luar biasa nikmat. Sungguh sensasi yang tiada duanya, saling mengadu selangkangan dengan kakak kandung yang super cantik dan seksi ini.
Tanganku menjelajahi tubuhnya lagi, kali ini membelai rambutnya, setelah puas lalu mampir di buah dadanya. Ku turunkan tubuhku sedikit merunduk hingga membuat aku dapat mencium rambutnya dari belakang.
“Aku juga suka banget sama susu kakak” ucapku.
“Ih… kamu mah maruk. Semuanya suka, hihihi”
“hehehe”
Sekarang sambil menggenjot selangkangannya, tanganku asik meremas-remas susu kenyal Kak Dewi. Menarik-nariknya. Hingga memilin putingnya. Tentunya dia juga melenguh seperti tadi. Tiap mendengar suara Kak Dewi tentunya membuat aku semakin bernafsu.
Tanganku juga terus tiada henti menjajal tubuhnya. Kini sampai ke wajahnya. Mengusap-usap wajah cantiknya dari belakang. Ku masukkan jariku ke dalam mulutnya dan memainkannya di sana. Kak Dewi merespon dengan mengemut jariku. Sambil menggesekkan penis ke vaginanya, tanganku juga mengobok mulutnya. Sensasional banget!
“Kukumu gak pernah dipotong yah dek?” tanyanya menghentikan aksinya.
“Hehe, lupa kak…”
“Dasar jorok… jangan lupa potong nanti” Kak Dewi mengemut jariku lagi. Ku masukkan seluruh jariku bergantian ke dalam mulutnya. Aku baru tahu kalau rasanya senikmat ini ketika jariku diemut cewek, apalagi ceweknya cantik seperti kakakku. Kadang ku coba dua jari sekaligus, tiga, empat, bahkan lima. Tentunya tidak muat masuk seluruhnya ke dalam mulutnya.
“Ih… adeeek. Mana muat….” Protesnya melepaskan emutannya.
“Hehehe, kan cuma coba-coba kak…”
“Dek… bentar dulu deh… kakak lupa sesuatu” ucapnya kemudian.
“Apaan kak?” tanyaku penasaran.
“Lepasin dulu…” suruhnya. Akupun menarik penisku dari selangkangannya. Kak Dewi kemudian merangkak ke tepi kasur, membuka laci di sebelah tempat tidur, lalu mencari-cari sesuatu di sana.
“Nih, lihat apa yang kakak temukan, coba kamu minum deh…” ucapnya sambil menyodorkan sesuatu padaku.
“Apaan nih kak?”
“Itu semacam obat perangsang gitu”
“Obat perangsang?”
“Iya dek… Biar kamu makin enak… trus… makin nafsu sama kakak, dan makin gak tahan untuk ngentotin kakak, hihihi” Ucapnya vulgar. Sepertinya dia sudah tahu tujuanku bukan sekedar memintanya menemaniku onani, tapi betul-betul menjadikan tubuhnya sebagai bahan onaniku. Tapi dia ternyata tidak marah, malah mempersilahkan aku berbuat cabul terhadap dirinya.
“Ih, Kak Dewi jahat… ngelarang aku ngentot, tapi malah nyuruh aku minum beginian”
“Hihihi, biarin… Jadi kamu mau gak? Ada satu bonus lagi untukmu…” ucapnya yang kemudian melepaskan plester yang menutupi lubang vagianya. Sekarang vaginanya tidak terhalang apapun! Kak Dewi kini polos bugil tanpa ada apapun lagi yang menempel di tubuhnya. Aku menggigil saking nafsunya.
“Y-ya udah boleh deh….” Ucapku setuju.
Akupun menelan obat itu, tapi aku tidak ingin menelannya pakai air, aku tentunya pengen yang lebih spesial.
“Pakai ludah kakak yah…” pintaku mesum. Udah terlanjur mesum jadi jangan tanggung-tanggung mesumnya, pikirku.
“Ya udah buka mulutmu…” ucap Kak Dewi. Aku kemudian duduk di atas ranjang dan Kak Dewi berdiri membungkuk di depanku. Akupun membuka mulutku dan membiarkan Kak Dewi meludahkan liurnya ke dalam mulutku. Tentunya tidak hanya sekali meludah, tapi aku meminta dia untuk berkali-kali meludah ke dalam mulutku untuk ke telan air liurnya. Rasanya sungguh nikmat dan bagiku ini sangat erotis menelan ludah kakak kandung sendiri.
“Tuh… puas?” tanyanya sambil terduduk di depanku setelah banyak membuang ludahnya ke mulutku.
“Iya kak, hehe…” Aku kemudian bangkit berlutut. “Lanjut lagi yuk…” ucapku sambil mengocok-ngocok penisku yang sudah tegang banget. Aku mulai merasakan efek obat itu. Tubuhku jadi panas dan rasanya aku sangat horni sekali. Apalagi dengan adanya kakakku yang cantik bertelanjang di depanku.
“Iya adekku sayang… yuk… genjotin lagi kakakmu ini” ucapnya senyum-senyum manis.
Kak Dewi menungging lagi. Aku lalu menyelipkan lagi penisku seperti tadi dan mengocoknya dengan cepat di sana. Tanganku kembali bergerilya menggerepe tiap jengkal tubuhnya. Mulai dari pinggul, pantat, punggung dan juga mulutnya. Tanganku sampai basah karena liurnya. Benar ternyata, rasanya menjadi bertambah nikmat setelah aku meminum obat perangsang barusan.
“Ngghhh… kak, enaaaaaaak”
“Iya dek… nikmatin deh puas-puas” balasnya.
Cukup lama kami dengan posisi itu. Yang mana Kak Dewi nungging dan aku menggenjot selangkangannya dari belakang sambil tanganku asik menjelajahi tubuhnya.
“Dek… kalau kamu pengen keluar, keluarin aja…” ucapnya dengan nafas tersengal-sengal. Dia tampaknya juga ikutan horni. Tapi aku tentunya gak mau keluar sekarang, sayang banget ini cepat berlalu.
Tapi aku sungguh tak tahan.
Aku justru menggesek lebih kencang, tubuhku sampai menghimpit tubuh Kak Dewi. Tanganku memeluk pinggang Kak Dewi erat dari belakang. Aku dan Kak Dewi berciuman. Genjotanku makin kencang.
Please, Temani Aku yah Kak!
Please, Temani Aku yah Kak!
Crrrrrrooooooootttt… crrroooootttt… crrooooottttt
“Kak… aku…” Crrroootttt…” keluar” crrrrooottttt… crrrroottt
Aku muncrat. Muncrat yang sangat banyak. Rasanya sungguh sangat nikmat. Gak pernah aku merasakan keluar sperma senikmat ini. Spermaku juga keluar sangat banyak. Tapi anehnya, penisku gak lemas sama sekali dan masih ngaceng pol, bahkan nafsuku tidak turun. Sepertinya ini efek obat tadi, tidak hanya membuat aku jadi terangsang berat, tapi juga membuat penisku bisa ngecrot berkali-kali namun tetap tegang.
Kak Dewi meraba-raba daerah selangkangannya yang begitu belepotan sperma.
“Gimana dek? Enak kan?” tanyanya sambil senyum-senyum.
“Enak banget kak…”
“Lagi?”
“Lagi dong, hehehe” Kak Dewi tersenyum sambil mencubit hidungku.
“Iya… puas-puasin deh… peluk, cium, gerepe dan gesekin penismu ke badan kakak semau hatimu. Tapi kalau mau ngecrot jangan ditahan-tahan yah dek… keluarin aja. Bebas kok. Kotorin badan sama tempat tidur kakak pakai pejumu. Pokoknya suka-suka kamu” Ugh, aku gregetan banget mendengar ucapnya.
“I-iya kak…” Senangnya hatiku. Aku masih akan terus merasakan nikmat yang sangat nikmat seperti tadi sepanjang hari ini.
“Mau kakak nungging lagi? Atau mau ganti posisi?”
“Nggmm iya kak, kakak di atas, hehe” jawabku yang langsung berbaring, kemudian mengocok-ngocok penisku seakan mengundang Kak Dewi untuk segera menduduki penisku.
Kak Dewi lalu dengan cepat menduduki penisku, membuat aku mengaduh.
“Sakit kak…” ucapku manja.
“Hihihi, sorry dek… kamu sih, kayaknya gak sabaran amat”
Kak Dewi memulai aksinya dengan mengelus dadaku, lalu dengan perlahan mulai menggesekkan vaginanya ke selangkanganku. Enaaaaaaak…
Dengan senyum-senyum Kak Dewi bertanya padaku.
“Suka dek?”
“Suka banget kak…”
Kini Kak Dewi yang megang kendali, sedangkan aku pasrah menerima kenikmatan. Meskipun gerakan Kak Dewi nakal dan menantang, tapi dia tetap tampak berhati-hati agar penisku tidak nyelip masuk ke vaginanya. Kak Dewi betul-betul membuat aku tersiksa dengan larangan gak boleh masukin penis ke vaginanya itu. Tapi aku sangat menikmati apa yang sedang terjadi. Aku tidak peduli tempatku berbaring sekarang ada bekas ceceran spermaku tadi. Selangkangan Kak Dewi juga masih belepotan spermaku tadi.
Pemandangan di depanku sungguh indah. Kakakku yang cantik sedang menggesekkan vaginanya ke penisku dari atas. Sambil dia menggoyangkan pinggulnya menggesek-gesekkan kelamin kami, aku tentunya juga gak membiarkan tanganku menganggur. Tanganku kembali menjelajahi tubuhnya. Aku raba-raba pahanya. Begitu putih, mulus dan licin.
“Napa dek senyum-senyum?”
“Eh… itu… aku beruntung banget yah punya kakak kayak Kak Dewi. Udah cantik, seksi, rajin sholat, dan baik sama adeknya, hehe”
“Hu…. Dasar gombal” ucapnya sambil menekan selangkangannya.
“Hehehe” aku hanya cengengesan sambil terus meraba pahanya.
“Karena kamu bilang, kakak jadi lupa kalau belum sholat Zuhur. Habis ini kakak sholat dulu yah…”
“Tapi setelah itu masih boleh kan kak?”
“Ya boleh dong… Cuma lima menit aja kok kakak sholatnya”
“Oke deh kakakku”
Kak Dewi terus menggesekkan kelaminnya ke kelaminku. Gerakannya cukup bervariasi, sesekali dia menekan penisku sangat kuat, lalu pelan. Kadang maju mundur, kadang juga kiri-kanan. Ada juga menggesek dengan cepat dengan Kak Dewi menopang tubuhnya dengan satu tangan ke belakang, membuat rambut panjangnya tergerai ke samping. Aku juga masih terus asik menikmati mulusnya tubuh Kak Dewi. Tanganku asik meraba pahanya, kemudian naik ke pinggul, mengusap perutnya, lalu naik ke buah dadanya. Aku remas-remas buah dadanya yang ranum, sekal dan ukurannya yang pas ditangan itu.
“Coba aja ada air susunya,” ucapku ngasal.
“Hahaha, ada-ada aja kamu… kakak harus hamil dulu dong…” balasnya sambil terus menggesek.
“Iya, kak… hamil dong… sini aku bantuin”
“Ih, maumu dek… hihihi” Kak Dewi tertawa geli. “Hmm… tapi kalau dirangsang olehmu seperti ini terus mungkin aja nanti bisa hasilin susu,” lanjutnya.
“Benar bisa kak?”
“Yang kakak pernah baca sih gitu…”
“Ya udah, aku rangsang terus deh…” ucapku sambil mempercepat dan memperkuat remasanku pada buah dadanya.
“Hihihihi…. Ngghh… adeeeekkk… dasar, kamu ini…. ssshhh, ” Kak Dewi melenguh tapi juga cekikikan geli. “Pengen banget yah kakak bisa ngasilin susu?”
“Iyaaa kaaaak…”
“Ya udah… suka suka kamu deh… “ balasnya.
Kami terus melanjutan aksi porno kakak-beradik kami. Dia terus menggesekkan vaginanya ke selangkanganku, sedangkan aku sibuk merangsang buah dadanya. Tapi sesekali aku juga mengelusi tubuh mulusnya, bahkan juga kembali memasukkan jariku ke mulutnya. Rasa nikmat ini membuatku ingin mengeluarkan sperma lagi. Kak Dewipun seperti mengetahui isi pikiranku, dia mempercepat goyangan pinggulnya dengan kencang, seakan tidak peduli kalau bisa-bisa penisku menyeruak masuk ke kelaminnya.
“Kaaaak….” Erangku kenikmatan.
Kak Dewi kemudian telungkup, akupun memeluk tubuhnya dengan erat. Lehernya yang putih jenjang ku gigit. Di bawah sana, vaginanya dan penisku beradu dan menggesek dengan hebatnya. Gerakan Kak Dewi yang menghentak-hentak membuat aku semakin tak tahan.
Crooottt… crrooootttt….
“Nghhh… kaaaak… aku… nggh… aku…” crrrooottt…. “keluar lagi…”
Crrrroootttt….
Aku muncrat dengan sangat nikmat lagi. Kak Dewi terus menggoyangkan pinggulnya selama aku muncrat.
Crrooottt… crrooottt
Tiap spermaku yang keluar rasanya sungguh luar biasa nikmat. Hingga akhirnya penisku berhenti mengeluarkan isinya. Luar biasanya penisku masih saja tegang maksimal.
Kak Dewi kemudian bangkit dan duduk lagi dengan benar di atas penisku.
“Enak dek?” tanyanya sambil masih menggoyang pelan pinggulnya.
“Enak…”
Dia tetap duduk di sana sambil menggoyang pelan pinggulnya selama beberapa saat. Ku perhatikan tubuhnya yang berkeringat, wajahnya juga berkeringat. Rambutnya terlihat acak-acakan. Kak Dewi terlihat sangat seksi.
“Ya udah, kakak mau sholat dulu yah…”
“I-iya…”
Kak Dewi kemudian bangkit. Saat bangkit, tampak spermaku yang menggumpal begitu lengket di antara selangkangannya dan selangkanganku bagaikan lem. Dia senyum-senyum padaku melihat aku memperhatikan bagian tersebut.
“Hihihi, belepotan banget spermamu… Kakak gak nyangka bisa sebanyak itu” ucapnya. Aku hanya cengengesan. “Ntar habis kakak sholat kita tambah lagi yah yang banyak, hihihi” sambungnya dengan senyum nakal.
Kak Dewi kemudian berjalan menuju kamar mandinya dengan telanjang bulat. Sepertinya dia sedang bersih-bersih dan berwudhu. Dia kembali tak lama kemudian dengan kondisi yang sangat bersih. Tak ada lagi ceceran pejuku di selangkangannya.
“Kenapa dek? Gak kecewa kan kakak bersihin pejumu?” tanyanya sambil memakai mukena.
“Eh… nggak kok kak. Kan mau sholat”
“Hihihi, ntar abis sholat bikin kotor kakak lagi yah pakai spermamu… okeh?” godanya kini yang sudah lengkap memakai mukena.
“O-okeh…”
Kak Dewipun mulai sholat. Pemandangan yang sangat kontras, yang tadinya telanjang bulat dengan selangkangan penuh sperma kini tertutup banget dan sedang sholat. Walaupun di balik mukena itu tidak memakai apa-apa lagi. Aku sendiri hanya memperhatikan dia sholat. Bejatnya aku justru mengocok penisku memandang tubuhnya. Mau gimana lagi, aku emang masih terus horni berat. Masih pengen mesum-mesuman dengan kakak kandungku ini.
Dia akhirnya selesai. Saat kak Dewi ingin membuka mukenanya aku melarangnya. Entah kenapa aku jadi kepikiran ingin melanjutkan mesum-mesuman dengannya yang masih mengenakan mukena.
“Ada-ada aja kamu dek… tapi oke deh…. Yuk… kotorin kakakmu lagi pakai pejumu” Ugh, aku sungguh gemas padanya. Setelah selesai sholat sekarang malah mempersilahkan aku untuk ngepejuin badannya lagi. Akupun langsung memeluknya dan menariknya ke ranjang. Kami berguling-gulingan lagi, saling berciuman dan berpelukan.
“Hehehe, peluk-pelukan gini aja rasanya aku pengen ngeluarin peju kak…”
“Keluarin aja dek…”
Aku terus menggerayangi tubuhnya. Mencium bibirnya, wajahnya dan sekujur tubuhnya. Aku juga memainkan buah dadanya lagi dari balik mukenanya, baik dengan tangan maupun dengan mulutku. Kelamin kami terus menempel dan menggesek. Hawa semakin panas, muka kami sudah sama-sama memerah, keringat betul-betul sudah bercucuran membasahi tubuhku dan kakakku ini, memberikan bunyi dan sensasi lengket saat kulit kami beradu. Apalagi bagi kak Dewi yang pastinya terasa lebih gerah karena masih mengenakan mukena.
Kak Dewi seakan tidak peduli lagi dengan penisku yang berada tepat di depan vaginanya yang sedari tadi terus berusaha menyelip masuk. Dia justru merespon tertawa geli saat penisku hampir masuk ke vaginanya. Sebenarnya aku pengen banget ngepejuin wajahnya, tapi sayang banget kalau aku melakukannya sekarang. Aku masih ingin mencium wajah dan bibirnya. Jadi biar saja ku buat banjir daerah selangkangannya dulu. Hingga akupun mengeluarkan sperma lagi. Setelah muncrat, kami bergumul lagi untuk memancing spermaku keluar lagi. Ugh… Rasa nikmat ini datang terus dan tak henti-hentinya.
“Masukin dikit yah kak…” pintaku yang saat ini sedang berada di atas menghimpit tubuh Kak Dewi sambil meremas buah dadanya. Aku sudah tidak tahan, bukannya berkurang, nafsuku justru semakin menjadi-jadi. Aku semakin penasaran pengen memasukkan batang penisku ke liang vagina kakak kandungku ini.
“Nggak boleh…”
“Kak Dewi jahat… aku nafsu berat tahu…”
“Hihihi, biarin…”
“Kepalanya doang kok” pintaku memelas.
“Janji yah… Cuma kepalanya aja ya…”
“Iya kak…”
Akupun mengarahkan penisku ke vaginanya. Akhirnya penisku bisa masuk ke sana, meskipun hanya kepalanya saja. Tapi itu sudah cukup membuatku merasa nikmat luar biasa. Tak butuh waktu lama hingga akhirnya aku muncrat.
“Kak…”
“Apa?”
“Boleh nggak kalau gak dicabut dulu?”
“Ih… ntar kalau masuk gimana?”
“Gak bakalan kak, aku janji deh…”
“Huh… Ya udah… kamu itu emang bandel banget gak bisa dibilangin” ucapnya menjewer hidungku. Aku senang banget. Dengan kepala penisku masih nyangkut di vaginanya, akupun memeluk dan menciumi kakakku lagi.
Setelah itu Kak Dewi melepaskan diri dari pelukanku. Dia membuka mukenanya. Katanya pengen istirahat dulu. Kak Dewi dengan bertelanjang bulat lalu keluar kamar. Akupun mengikutinya dari belakang. Tampak bagian bawah tubuhnya, terutama di sekitar selangkangannya belepotan dengan spermaku. Yang tentunya membuat setiap lantai tempat dia melangkah jadi berceceran sperma dan lengket.
Dia lalu menoleh ke belakang ke arahku.
“Napa dek? Iya… ntar kakak yang bersihin… kamunya santai aja” ucapnya. Aku benar-benar dimanjakan hari ini. Senang banget.
Kak Dewi kemudian mengambil minum di kulkas, lalu mencuci piring di dapur. Tanpa permisi, aku kemudian menggesekkan penisku yang masih tegang ke belahan pantatnya. Kak Dewi hanya cekikikan geli merespon aksi cabulku. Dia sepertinya sudah tahu kalau aku akan berbuat itu kepadanya., dan benar-benar tidak keberatan kalau aku mengganggu pekerjaannya.
Aku kemudian mencoba menyelipkan penisku di antara pahanya, Kak Dewi yang sudah pahampun sedikit melebarkan kakinya sehingga penisku bisa masuk, kemudian merapatkannya lagi. Akupun beraksi lagi. Sambil penisku menggeseki permukaan vaginanya dari belakang, tanganku sibuk menggerepe tubuhnya. Mulai dari mengelus punggung, meremas pantatnya, memainkan buah dadanya serta memasukkan jari ke mulutnya. Bibirku juga terus menciumi pundak, leher dan juga pipinya, sesekali juga kami berciuman. Tentunya pekerjaan Kak Dewi jadi lambat dan kacau karena diganggu habis-habisan olehku.
“Dek… malam ini kita makan apaan yah? Pesan makanan lagi?” tanyanya sambil mencuci dengan aku yang masih sibuk melancarkan aksi mesumku.
Aku tidak menjawab, karena masih menikmati permainanku di belakang. Penisku saat ini sedang nikmat-nikmatnya menyentil-nyentil lubang vaginanya sambil tanganku meremas buah dadanya dan bibirku mencium pundaknya.
“Adeeeeek… jawab dong….”
Aku tidak menjawab, justru mengajak Kak Dewi berciuman. Kamipun berfrenchkiss sejenak.
“Nghhh… adeeeek…”
“Apa?”
“Makan apa nanti malam? Jawab dong…”
“Tapi aku masukin kepala kontolku lagi yah ke memek kakak?”
“Ish… kamu ini. Ya udah, masukin sana…” ucapnya memperbolehkan. Dengan riang akupun mencoba memasukkan kepala penisku lagi ke vaginanya. Jleb!
“Hehehe, masuk deh kak… emang enak banget rasanya”
“Kamu mah emang cabul dek, hihihi… Jadi makan apa nih kita?”
“Hmm… makan apa ya?”
Aku menggoyang pinggulku. Aku dan Kak Dewi kembali mengerang bersahutan. Rasa nikmat yang begitu sangat dan juga rasa horny yang tak ada habis-habisnya membuat aku muncrat dengan cepat.
Crrroooootttt…. Vaginanya disiram spermaku lagi.
“Pesan KFC aja kak…”
Setelah makan malam kamipun nonton tv. Aku, tentunya masih nempel terus dengannya. Efek obat ini sungguh luar biasa. Aku selalu ngaceng, selalu horni dan buah zakarku selalu menghasilkan sperma dengan banyaknya berkali-kali. Saat ini posisi Kak Dewi sedang tiduran telentang di atas sofa, wajahnya mengadap ke arah tv. Sedangkan aku lagi asik menyusu di buah dadanya. Memainkan lidahku di putingnya dan melumuri seluruh kulit buah dadanya dengan liurku.
“Kak, aku selipin di susu kakak yah…” pintaku. Aku penasaran bagaimana rasanya bila penisku dijepit di buah dadanya yang ranum itu.
“Boleeh” jawabnya mengizinkan.
Kak Dewi kemudian berbaring di atas karpet. Dengan semangat ku kangkangi tubuhnya, lalu menyelipkan penisku di antara buah dadanya yang aku impi-impikan itu dan mulai menggesek di sana. Rasanya sungguh luar biasa. Beruntungnya aku sebagai adik kandungnya sehingga bisa merasakan betapa nikmatnya menggesekkan penis ke buah dadanya itu.
“Nggh… enak banget kak susu kakak, muluuuus”
“Hihihi, ya iyalah, kakak gitu lho…”
Kak Dewi membantu memegang tepi buah dadanya sehingga penisku masuk sempurna di celah yang nikmat itu. Senyum manisnya yang selalu menemani semakin membuat terasa indah. Aku ingin berlama-lama memainkan penisku di buah dadanya. Tidak hanya menyelipkan penisku di sana, aku juga menampar-nampar penisku ke putingnya. Menggesek tepian buah dadanya serta menggesekkan buah zakarku di sana.
“Ih… kamu tu benar-benar adek yang mesum, hihihi” Kak Dewi tertawa cekikikan saja merespon tiap aksi cabulku.
Akhirnya aku muncrat, aku muncrat saat penisku dikocok ditengah-tengah buah dadanya. Posisiku saat itu berdiri dan Kak Dewi bersimpuh dibawahku. Buah dadanya berlumuran oleh pejuku, wajahnyapun juga demikian. Sebuah penutup yang sempurna, karena efek obatnyapun habis setelah itu. Aku merasakan lelah yang amat sangat dan langsung tertidur.
“Met tidur adek….” Ucapnya wajah penuh sperma kental, tidak hanya wajah, tapi hampir seluruh tubuhnya.
Sejak saat itu, aku selalu bertelanjang bulat berdua di dalam rumah dan beraktifitas seperti biasanya. Aku selalu menempel dengannya. Selalu berada di dekatnya membuatku nyaman dan horni terus-terusan. Jika aku ingin onani, kak Dewi akan senantiasa menemaniku. Bahagianya memiliki kakak seperti Kak Dewi. Gak sampai ngentot gak apa deh, hehe.
“Temani aku terus yah kak…”
“Dasar mesum kamu”,,,,,,,,,,,,,,,