Pembantu Yang Selalu Ingin Ku Ewe
10 mins read

Pembantu Yang Selalu Ingin Ku Ewe

Cerita Sex – Bi Yanti sudah cukup lama menjadi pembantu di rumah Tuan Tommy. Ini merupakan tahun ketiga ia bekerja di sana. Bi Yanti merasa kerasan karena keluarga Tuan Tommy cukup baik memperlakukannya bahkan memberikan lebih dari apa yang diharapkan oleh seorang pembantu. Bi Yanti sadar akan hal ini, terutama akan kebaikan Tuan Tommy, yang dianggapnya terlalu berlebihan.

Namun ia tak begitu memikirkannya. Sepanjang hidupnya terjamin, iapun dapat menabung kelebihannya untuk jaminan hari tua. Perkara kelakuan Tuan Tommy yang selalu minta dilayani jika kebetulan istrinya tak ada di rumah, itu adalah perkara lain. Ia tak memperdulikannya bahkan ikut menikmati pula.

Baca Juga : Isna si Ayam Kampus tercantik

Walaupun orang kampung, Bi Yanti tergolong wanita yang menarik. Usianya tidak terlalu tua, sekitar 33 tahunan. Penampilannya tidak seperti perempuan desa. Ia pandai merawat tubuhnya sehingga nampak masih sintal dan menggairahkan. Bahkan Tuan Tommy sangat tergila-gila melihat kedua payudaranya yang montok dan kenyal. Kulitnya agak gelap namun terawat bersih dan halus. Soal wajah meski tidak tergolong cantik namun memiliki daya tarik tersendiri. Sensual! Begitu kata Tuan Tommy saat pertama kali mereka bercinta di belakang dapur suatu ketika.

Dalam usianya yang tidak tergolong muda ini, Bi Yanti – janda yang sudah lama ditinggal suami – masih memiliki gairah yang tinggi karena ternyata selain berselingkuh dengan majikannya, ia pernah bercinta pula dengan Kang Rusli, Satpam penjaga rumah.

Perselingkuhannya dengan Kang Rusli berawal ketika ia lama ditinggalkan oleh Tuan Tommy yang sedang pergi ke luar negeri selama sebulan penuh. Selama itu pula Bi Yanti merasa kesepian, tak ada lelaki yang mengisi kekosongannya. Apalagi di saat itu udara malam terasa begitu menusuk tulang. Tak tahan oleh gairahnya yang meletup-letup, ia nekat menggoda Satpam itu untuk diajak ke atas ranjangnya di kamar belakang.

Malam itu, Bi Yanti kembali tak bisa tidur. Ia gelisah tak menentu. Bergulingan di atas ranjang. Tubuhnya menggigil saking tak tahannya menahan gelora gairah seksnya yang menggebu-gebu.

Malam ini ia tak mungkin menantikan kehadiran Tuan Tommy dalam pelukannya karena istrinya ada di rumah. Perasaannya semakin gundah kala membayangkan saat itu Tuan Tommy tengah menggauli istrinya. Ia bayangkan istrinya itu pasti akan tersengal-sengal menghadapi gempuran Tuan Tommy yang memiliki ’senjata’ dahsyat. Bayangan batang kontol Tuan Tommy yang besar dan panjang itu serta keperkasaannya semakin membuat Bi Yanti nelangsa menahan nafsu syahwatnya sendiri. Sebenarnya terpikir untuk memanggil Kang Rusli untuk menggantikannya namun ia tak berani selama majikannya ada di rumah.

Kalau ketahuan hancur sudah akibatnya nasib mereka nantinya. Akhirnya Bi Yanti hanya bisa mengeluh sendiri di ranjang sampai tak terasa gairahnya terbawa tidur.

Dalam mimpinya Bi Yanti merasakan gerayangan lembut ke sekujur tubuhnya. Ia menggeliat penuh kenikmatan atas sentuhan jemari kekar milik Tuan Tommy. Menggerayang melucuti kancing baju tidurnya hingga terbuka lebar, mempertontonkan kedua buah dadanya yang mengkal padat berisi. Tanpa sadar Bi Yanti mengigau sambil membusungkan dadanya.

“Remas.. uugghh.. isep putingnya.. aduuhh enaknya..”

Kedua tangan Bi Yanti memegang kepala itu dan membenamkannya ke dadanya. Tubuhnya menggeliat mengikuti jilatan di kedua putingnya. Bi Yanti terengah-engah saking menikmati sedotan dan remasan di kedua payudaranya, sampai-sampai ia terbangun dari mimpinya.

Perlahan ia membuka kedua matanya sambil merasakan mimpinya masih terasa meski sudah terbangun. Setelah matanya terbuka, ia baru sadar bahwa ternyata ia tidak sedang mimpi. Ia menengok ke bawah dan ternyata ada seseorang tengah menggumuli bukit kembarnya dengan penuh nafsu. Ia mengira Tuan Tommy yang sedang mencumbuinya.

Dalam hati ia bersorak kegirangan sekaligus heran atas keberanian majikannya ini meski sang istri ada di rumah. Apa tidak takut ketahuan. Tiba-tiba ia sendiri yang merasa ketakutan. Bagaimana kalau istrinya datang?

Bi Yanti langsung bangkit dan mendorong tubuh yang menindihnya dan hendak mengingatkan Tuan Tommy akan situasi yang tidak memungkinkan ini. Namun belum sempat ucapan keluar, ia melihat ternyata orang itu bukan Tuan Tommy?! Yang lebih mengejutkannya lagi ternyata orang itu tidak lain adalah Rasid, putra tunggal majikannya yang masih berumur 16 tahunan!?

“Den Rasid?!” pekiknya sambil menahan suaranya.

“Den ngapain di kamar Bibi?” tanyanya lagi kebingungan melihat wajah Rasid yang merah padam.

Mungkin karena birahi bercampur malu ketahuan kelakuan nakalnya.

“Bi.. ngghh.. anu.. ma-maafin Rasid..” katanya dengan suara memelas.

Kepalanya tertunduk tak berani menatap wajah Bi Yanti.

“Tapi.. barusan nga.. ngapain?” tanyanya lagi karena tak pernah menyangka anak majikannya berani berbuat seperti itu padanya.

“Rasid.. ngghh.. tadinya mau minta tolong Bibi bikinin minuman..” katanya menjelaskan.

“Tapi waktu liat Bibi lagi tidur sambil menggeliat-geliat. . ngghh.. Rasid nggak tahan..” katanya kemudian.

“Oohh.. Den Rasid.. itu nggak boleh. Nanti kalau ketahuan Papa Mama gimana?” Tanya Bi Yanti.

“Rasid tahu itu salah.. tapi.. ngghh..” jawab Rasid ragu-ragu.

“Tapi kenapa?” Tanya Bi Yanti penasaran

“Rasid pengen kayak Kang Rusli..” jawabnya kemudian.

Kepala Bi Yanti bagaikan disamber geledek mendengar ucapan Rasid. Berarti dia tahu perbuatannya dengan Satpam itu, kata hatinya panik. Wah bagaimana ini?

“Kenapa Den Rasid pengen itu?” tanyanya kemudian dengan lembut.

“Rasid sering ngebayangin Bibi.. juga.. ngghh.. anu..”

“Anu apa?” desak Bi Yanti makin penasaran.

“Rasid suka ngintip.. Bibi lagi mandi,” akunya sambil melirik ke arah pakaian tidur Bi Yanti yang sudah terbuka lebar.

Rasid melenguh panjang menyaksikan bukit kembar montok yang menggantung tegak di dada pengasuhnya itu. Bi Yanti dengan refleks merapikan bajunya untuk menutupi dadanya yang telanjang. Kurang ajar mata anak bau kencur ini, gerutu Bi Yanti dalam hati. Nggak jauh beda dengan Bapaknya.

“Boleh khan Bi?” kata Rasid kemudian.

“Boleh apa?” sentak Bi Yanti mulai sewot.

“Boleh itu.. ngghh.. anu.. kayak tadi..” pinta Rasid tanpa rasa bersalah seraya mendekati kembali Bi Yanti.

“Den Rasid jangan kurang ajar begitu sama perempuan.., ” katanya seraya mundur menjauhi anak itu. “Nggak boleh!”

“Kok Kang Rusli boleh? Nanti Rasid bilangin lho..” kata Rasid mengancam.

“Eh jangan! Nggak boleh bilang ke siapa-siapa. .” kata Bi Yanti panik.

“Kalau gitu boleh dong Rasid?”

Kurang ajar bener anak ini, berani-beraninya mengancam, makinya dalam hati. Tapi bagaimana kalau ia bilang-bilang sama orang lain. Oh Jangan. Jangan sampai! Bi Yanti berpikir keras bagaimana caranya agar anak ini dapat dikuasai agar tak cerita kepada yang lain. Bi Yanti lalu tersenyum kepada Rasid seraya meraih tangannya.

“Den Rasid mau pegang ini?” katanya kemudian sambil menaruh tangan Rasid ke atas buah dadanya.

“Iya.. ii-iiya..,” katanya sambil menyeringai gembira.

Rasid meremas kedua bukit kembar milik Bi Yanti dengan bebas dan sepuas-puasnya. “Gimana Den.. enak nggak?” Tanya Bi Yanti sambil melirik wajah anak itu.

“Tampan juga anak ini, walau masih ingusan tapi ia tetap seorang lelaki juga”, pikir Bi Yanti.

Bukankah tadi ia merindukan kehadiran seorang lelaki untuk memuaskan rasa dahaga yang demikian menggelegak? Mungkin saja anak ini tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, tetapi dari pada tidak sama sekali?

Setelah berpikiran seperti itu, Bi Yanti menjadi penasaran. Ingin tahu bagaimana rasanya bercinta dengan anak di bawah umur. Tentunya masih polos, lugu dan perlu diajarkan. Mengingat ini hal Bi Yanti jadi terangsang. Keinginannya untuk bercinta semakin menggebu-gebu. Kalau saja lelaki ini adalah Tuan Tommy, tentunya sudah ia terkam sejak tadi dan menggumuli batang kontolnya untuk memuaskan nafsunya yang sudah ke ubun-ubun. Tapi tunggu dulu. Ia masih anak-anak. Jangan sampai ia kaget dan malah akan membuatnya ketakutan.

Lalu ia biarkan Rasid meremas-remas buah dadanya sesuka hati. Dadanya sengaja dibusungkan agar anak ini dapat melihat dengan jelas keindahan buah dadanya yang paling dibanggakan. Rasid mencoba memilin-milin putingnya sambil melirik ke wajah Bi Yanti yang nampak meringis seperti menahan sesuatu.

“Sakit Bi?” tanyanya.

“Nggak Den. Terus aja. Jangan berhenti. Ya begitu.. terus sambil diremas.. uugghh..”

Rasid mengikuti semua perintah Bi Yanti. Ia menikmati sekali remasannya. Begitu kenyal, montok dan oohh asyik sekali! Pikir Rasid dalam hati. Entah kenapa tiba-tiba ia ingin mencium buah dada itu dan mengemot putingnya seperti ketika ia masih bayi.

Bi Yanti terperanjat akan perubahan ini sekaligus senang karena meski sedotan itu tidak semahir lelaki dewasa tapi cukup membuatnya terangsang hebat. Apalagi tangan Rasid satunya lagi sudah mulai berani mengelus-elus pahanya dan merambat naik di balik baju tidurnya. Perasaan Bi Yanti seraya melayang dengan cumbuan ini. Ia sudah tak sabar menunggu gerayangan tangan Rasid di balik roknya segera sampai ke pangkal pahanya. Tapi nampaknya tidak sampai-sampai. Akhirnya Bi Yanti mendorong tangan itu menyusup lebih dalam dan langsung menyentuh daerah paling sensitive. Bi Yanti memang tak pernah memakai pakaian dalam kalau sedang tidur. “Tidak bebas”, katanya.

Rasid terperanjat begitu jemarinya menyentuh daerah yang terasa begitu hangat dan lembab. Hampir saja ia menarik lagi tangannya kalau tidak ditahan oleh Bi Yanti.

“Nggak apa-apa.. pegang aja.. pelan-pelan. . ya.. terus.. begitu.. ya.. teruusshh.. uggh Den enaak!”

Rasid semangat mendengar erangan Bi Yanti yang begitu merangsang. Sambil terus mengemot puting susunya, jemarinya mulai berani mempermainkan bibir kemaluan Bi Yanti. Terasa hangat dan sedikit basah. Dicoba-cobanya menusuk celah di antara bibir itu. Terdengar Bi Yanti melenguh. Rasid meneruskan tusukannya. Cairan yang mulai rembes di daerah itu membuat jari Rasid mudah melesak ke dalam dan terus semakin dalam.

“Akhh.. Den masukin terusshh.. ya begitu. Oohh Den Rasid pinter!” desah Bi Yanti mulai meracau ucapannya saking hebatnya rangsangan ke sekujur tubuhnya.

Sambil terus menyuruh Rasid berbuat ini dan itu. Tangan Bi Yanti mulai menggerayang ke tubuh Rasid. Pertama-tama ia lucuti pakaian atasnya kemudian melepaskan ikat pinggangnnya dan langsung merogoh ke balik celana dalam anak itu.

“Mmmpphh..”, desah Bi Yanti begitu merasakan batang kontol anak itu sudah keras seperti baja.

Ia melirik ke bawah dan melihat batang Rasid mengacung tegang sekali. Boleh juga anak ini. Meski tidak sebesar bapaknya, tapi cukup besar untuk ukuran anak seumurnya. Tangan Bi Yanti mengocok perlahan batang itu. Rasid melenguh keenakan.

“Oouhhgghh.. Bii.. uueeanaakkhh! ” pekik Rasid perlahan.

One thought on “Pembantu Yang Selalu Ingin Ku Ewe

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *