Selingkuh Dengan Istri Tetangga
10 mins read

Selingkuh Dengan Istri Tetangga

Gairah Dewasa – Waktu itu saya beserta dua orang teman kantor sedang makan siang di sebuah restoran di bilangan Kemang. Ketika saya hendak membayar makanan, saya mengantri di belakang seorang wanita cantik yang sedang menggendong anak kecil. Karena agak lama, saya menegurnya. Ketika ia menengok ke arah saya, saya sangat kaget, ternyata ia adalah Yuni.

Nah, Yuni ini adalah istri tetangga saya di komplek rumah saya. “Eh, Mas Beni. Lagi ngapain Mas..?” tanyanya. “Anu, saya sedang makan siang. Kamu sama siapa Yuni..? Firman ndak ikut..?” “Enggak Mas, dia lagi tugas luar kota. Saya lagi beli makanan, sekalian buat nanti malam. Soalnya si Ijah lagi pulang kampung juga. Ya sudah, saya keluar aja bareng Cika (anaknya-pen).” “Kamu bawa mobil..?” tanya saya. “Enggak tuh Mas, mobilnya dibawa Mas Firman ke Lampung.” “Oo, mau pulang bareng..? Kebetulan saya juga mau langsung pulang, tadi habis tugas lapangan.” “Ya sudah nggak apa-apa.” Singkat cerita, saya dan kedua teman saya langsung pulang ke rumah masing-masing. Sementara saya, Yuni dan Cika pulang bersama di mobil saya. Sesampainya di rumah Yuni yang hanya berjarak 4 rumah dari saya, Yuni mengajak mampir, tapi saya bilang mau pulang dulu, ganti baju dan menaruh mobil. Karena Lusi, istri saya, sedang pergi ke rumah orangtuanya, saya langsung saja pergi ke rumah Yuni dengan memakai celana pendek dan kaos. Ternyata, rumah Yuni tertata cukup apik. Ketika saya masuk, si Yuni hanya memakai piyama mandi. “Saya ganti baju dulu ya Mas, gerah nih,” katanya sambil tersenyum. “Oo.., iya, si Cika mana..?” tanya saya sambil terpesona melihat kecantikan dan kemulusan body si Yuni. “Anu Mas, dia langsung tidur pas sampai di rumah tadi, kasihan dia capek, saya ke kamar dulu ya Mas..!” “Eh, iya, jangan lama-lama ya,” kata saya.

Baca Juga : Bisnis Gelap Pemilik Kost Bandung

Ketika Yuni masuk ke dalam kamar, dia (entah sengaja atau tidak) tidak rapat menutup pintu kamarnya. Merasa ada kesempatan, saya mencoba mengintip. Memang lagi mujur, ternyata di lurusan celah pintu itu, ada kaca lemari riasnya. Wow, untuk ukuran wanita yang telah mempunyai anak berumur 3 tahun, si Yuni ini masih punya bentuk tubuh yang bagus dan indah. Dengan ukuran 34B dan selangkangan yang dicukur, dia langsung membuat “adik kecil” saya berontak dan bangun. Dan yang menambah kaget saya, sebelum memakai daster yang hanya selutut, ia hanya memakai celana dalam jenis G-string dan tidak mengenakan BH. Sebelum ia berjalan ke luar kamar, saya langsung lari ke sofa dan pura-pura membaca koran. “Eh, maaf ya Mas kelamaan.” kata Yuni sambil duduk setelah sepertinya berusaha untuk membetulkan letak tali celana dalamnya yang menyempil. “Ndak apa-apa kok, saya juga lagi baca koran. Memangnya Firman berapa hari tugas luar kota..?” tanya saya yang juga ‘sibuk’ membetulkan letak si ‘kecil’ yang salah orbit. Sambil tersenyum penuh arti, Yuni menjawab, “3 hari Mas, baru berangkat tadi pagi. Ngomong-ngomong saya juga sudah 2 hari ini nggak liat Mbak Lusi, kemana ya Mas..?” “Dia ke rumah orangtuanya. Seminggu. Bapaknya sakit.” jawab saya. “Wah, kesepian dong..?” tanya Yuni menggoda saya.

Merasa hal ini harus saya manfaatkan, saya jawab saja sekenanya, “Iya nih, mana seminggu lagi, ndak ada yang nemenin. Kamu mau nemenin saya emangnya..?” “Wah tawaran yang menarik tuh..,” jawab Yuni sambil tersenyum lagi, “Emangnya Mas mau saya temenin..? Saya kan ada si Cika, nanti ganggu Mas lagi. Mas Beni kan belum punya anak, jadinya santai.” “Ndak apa-apa, eh iya, saya mau tanya, kamu ini umur berapa sih? Kok keliatannya masih muda ya..?” sambil menggeser posisi duduk saya supaya lebih dekat ke Yuni. “Saya baru 27 kok Mas, saya married waktu 23, pas baru lulus kuliah. Saya diajak married Mas Firman itu pas dia sudah bekerja 3 tahun. Gitu Mas, memang kenapa sih..?” “Ndak, saya kok penasaran ya. Kamu sudah punya anak umur 3 tahun, tapi kok badan kamu masih bagus banget, kayak anak umur 20-an gitu.” kata saya. “Yah, saya berusaha jaga badan aja Mas. Biar laki-laki yang ngeliat saya pada ngiler,” katanya sambil tersenyum. “Wah, kamu ini bisa saja, tapi memang iya sih ya, saya kok juga jadi mau ngiler nih.” “Nah kan, mulai macem-macem ya, nanti saya jewer lho..!” “Kalo saya macem-macem beneran, emangnya kamu mau jewer apa saya..?” tanya saya sambil terus melakukan penetrasi dari sayap kanan Yuni.

Merasa saya melakukan pendekatan, Yuni kok ya mengerti. Sambil menghadap ke wajah saya, dia bilang, “Wah, kalo beneran, saya mau jewer ‘burungnya’-nya Mas Beni, biar putus sekalian.” “Memangnya kamu berani..?” tanya saya, “Dan lagi saya juga bisa mbales,” “Saya berani lho Mas..!” sambil beneran memegang ‘burung’ saya yang memang sudah minta dipegang, “Terus Mas Beni mbalesnya gimana..?” “Nanti saya remes-remes lho toketmu..!” jawab saya sambil beneran juga melakukan serangan pada bagian dada. Karena merasa masing-masing sudah memegang ‘barang’, kami tidak bicara banyak lagi. Saya langsung mengulum bibir Yuni yang memang lembut sekali dan basah serta penuh gairah. Dan tampaknya, Yuni yang sudah setengah jalan, langsung memasukkan tangannya ke dalam celana saya, tepat memegang ‘burung’ saya yang maha besar itu (kata istri saya sih). “Mas Beni, kon**lnya gede banget.” kata Yuni sambil terengah-engah. “Sudah, nikmati aja. Kalo mau diisep juga boleh..!” kata saya.

Dan tanpa banyak bicara, Yuni langsung membuka 2 pertahanan bawah saya. Dengan seenaknya ia melempar celana pendek dan celana dalam saya, dan langsung menghisap batang kemaluan saya. Ternyata, hisapannya top banget. Tanpa tanggung-tanggung, setengah penis saya yang 18 cm itu dimasukkan semuanya. Dalam hati saya berpikir, “Maruk juga nih perempuan..!” Setelah hampir 5 menit, Yuni saya suruh berdiri di depan saya sambil saya lucuti pakaiannya. Tanpa di komando, Yuni melepas celana dalamnya yang mini itu, dan menjejalkan kemaluannya yang tanpa bulu ke mulut saya. Ya sudah, namanya juga dikasih, langsung saja saya ciumi dan saya jilat-jilat. “Mas, geli Mas,” kata Yuni sambil terus menggoyang-goyangkan pantatnya. “Tadi ngasih, sekarang komentar..!” kata saya sambil memasukkan dua jari tangan saya ke dalam vaginanya yang (ya ampun) peret banget, kayak kemaluan perawan. Masih dalam posisi duduk, saya membimbing pantat dan vagina Yuni ke arah batang kemaluan saya yang makin lama makin keras. Perlahan-lahan, Yuni memasukkan kejantanan saya ke dalam vaginanya yang mulai agak-agak basah. “Pelan-pelan ya Yuni..! Nanti memekmu sobek,” kata saya sambil tersenyum. Yuni malah menjawab saya dengan serangan yang benar-benar membuat saya kaget. Dengan tiba-tiba dia langsung menekan batang kejantanan saya dan mulai bergoyang-goyang.

Gerakannya yang halus dan lembut saya imbangi dengan tusukan-tusukan tajam menyakitkan yang hanya dapat dijawab Yuni dengan erangan dan desahan. Setelah posisi duduk, Yuni mengajak untuk berposisi Dog Style. Yuni langsung nungging di lantai di atas karpet. Sambil membuka jalan masuk untuk kemaluan saya di vaginanya, Yuni berkata, “Mas jangan di lubang pantat ya, di memek aja..!” Seperti anak kecil yang penurut, saya langsung menghujamkan batang kejantanan saya ke dalam liang senggama Yuni yang sudah mulai agak terbiasa dengan ukuran kemaluan saya. Gerakan pantat Yuni yang maju mundur, benar-benar hebat.

Pertandingan antar jenis kelamin itu, mulai menghebat tatkala Yuni ‘jebol’ untuk yang pertama kali. “Mas, aku basah..,” katanya dengan hampir tidak memperlambat goyangannya. Mendengar hal itu, saya malah langsung masuk ke gigi 4, cepat banget, sampai-sampai dengkul saya terasa mau copot. Kemaluan Yuni yang basah dan lengket itu, membuat si ‘Vladimir’ tambah kencang larinya. “Susi, aku mau keluar, di dalam apa di luar nih buangnya..?” tanya saya. Eh Yuni malah menjawab, “Di dalam aja Mas, kayaknya aku juga mau keluar lagi, barengin ya..?” Sekitar 3 menit kemudian, saya sudah benar-benar mau keluar, dan sepertinya Yuni juga. Sambil memberi aba-aba, saya bilang, “Susi, sudah waktunya nih, keluarin bareng ya, 1 2 3..!” Saya memuntahkan air mani saya ke dalam liang vagina Yuni yang pada saat bersamaan juga mengeluarkan cairan kenikmatannya.

Setelah itu saya mengeluarkan batang kejantanan saya dan menyuruh Yuni menghisap dan menjilatinya sekali lagi. Si Yuni menurut saja, sambil ngos-ngosan, Yuni menjilati penis saya. Ketika Yuni sedang sibuk dengan batang kejantanan saya, Cika bangun tidur dan langsung menghampiri kami sambil bertanya, “Mami lagi ngapain..? Kok Om Beni digigit..?” Yuni yang tampaknya tidak kaget, malah menyuruh Cika mendekat dan berkata, “Cika, Mami nggak gigit Om Beni. Mami lagi makan ‘permen kojek’-nya Om Beni, rasanya enak banget deh, asin-asin..” “Mami, emangnya permennya enak..? Cika boleh nggak ikut makan..?” tanya Cika. Sambil mengocok-ngocok penis saya, Yuni berkata, “Cika nggak boleh, nanti diomelin sama Om Beni, mendingan Cika duduk di bangku ya, ngeliat Mami sama Om Beni main dokter-dokteran.” Saya yang dari tadi diam saja, mulai angkat bicara, “Iya, Cika nonton aja ya, tapi jangan bilang-bilang ke Papi Cika, soalnya kasian Mami nanti. Ini Mami kan lagi sakit, jadinya Om kasih permen terus disuntik.” Sambil terus memegang penis saya yang mulai kembali mengeras, Yuni berkata pada Cika, “Nanti kalo’ Cika nggak bilang ke papi, Cika Mami beliin baju baru lagi deh, ya? Tuh liat, suntikannya Om Beni mulai keras. Cika diam aja ya, Mami mau disuntik dulu nih..!” Merasa ada tantangan lagi, saya langsung mencium Yuni dengan lembut di bibirnya yang masih beraroma sperma, sambil meremas buah dadanya yang kembali mengeras. Yuni langsung melakukan gerakan berputar dan langsung telentang sambil tertawa dan berteriak tertahan, “Babak kedua dimulai, teng..!” Sementara Cika hanya diam melihat maminya dan saya ‘acak-acak’, walaupun terkadang dia membantu mengelap keringat maminya dan saya.

Itulah pengalaman saya dan Yuni yang masih berlanjut untuk hari-hari berikutnya. Kadang-kadang di rumah saya, dan tidak jarang pula di rumahnya. Kami melakukan berbagai macam gaya, dan di segala ruangan dan kondisi. Pernah kami melakukan di kamar mandi, masih dengan Cika yang ikut nimbrung ‘nonton’ pertandingan saya vs maminya. Dan Cika juga diam dan tidak bicara apa-apa ketika papinya pulang dari Lampung. Hal itu malah makin mempermudah saya dan Yuni yang masih sering bersenggama di rumah saya ketika saya pulang kantor, dan ketika istri saya belum pulang dari rumah orangtuanya.

Tamat

One thought on “Selingkuh Dengan Istri Tetangga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *